Thursday, January 25, 2018

Nasib N-250 Karya Anak Bangsa

January 25, 2018 Posted by Ilmu Dirgantara No comments
Image result for pesawat n250 gatotkaca
Pesawat N-250
Pesawat N-250 adalah pesawat penumpang sipil (airliner) regional komuter turboprop rancangan asli IPTN (Sekarang PT Dirgantara Indonesia,PT DI, Indonesian Aerospace), Indonesia. 

Menggunakan kode N yang berarti Nusantara menunjukkan bahwa desain, produksi dan perhitungannya dikerjakan di Indonesia atau bahkan Nurtanio, yang merupakan pendiri dan perintis industri penerbangan di Indonesia. 

Berbeda dengan pesawat sebelumnya seperti CN-235 di mana kode CN menunjukkan CASA-Nusantara atau CASA-Nurtanio, yang berarti pesawat itu dikerjakan secara patungan antara perusahaan CASA Spanyol dengan IPTN.

Pesawat ini merupakan primadona IPTN dalam usaha merebut pasar di kelas 50-70 penumpang dengan keunggulan yang dimiliki di kelasnya (saat diluncurkan pada tahun 1995). 

Menjadi bintang pameran pada saat Indonesian Air Show 1996 di Cengkareng. Namun akhirnya pesawat ini dihentikan produksinya setelah krisis ekonomi 1997. 

Rencananya program N-250 akan dibangun kembali oleh B.J. Habibie setelah mendapatkan persetujuan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan perubahan di Indonesia yang dianggap demokratis. 

Namun untuk mengurangi biaya produksi dan meningkatkan daya saing harga di pasar internasional, beberapa performa yang dimilikinya dikurangi seperti penurunan kapasitas mesin, dan direncanakan dihilangkannya Sistem fly-by wire.

Pesawat ini menggunakan mesin turboprop 2439 KW dari Allison AE 2100 C buatan perusahaan Allison. Pesawat berbaling baling 6 bilah ini mampu terbang dengan kecepatan maksimal 610 km/jam (330 mil/jam) dan kecepatan ekonomis 555 km/jam yang merupakan kecepatan tertinggi di kelas turprop 50 penumpang. 

Ketinggian operasi 25.000 kaki (7620 meter) dengan daya jelajah 1480 km. (Pada pesawat baru, kapasitas mesin akan diturunkan yang akan menurunkan performa).

Nasib N-250 sekarang

Kini, 2 pesawat N250 terparkir dan menjadi besi tua pada apron milik PTDI di Bandung. Sementara, pesawat sejenis buatan pabrikan Eropa, ATR justru merajalela dan dipakai maskapai RI untuk melayani penerbangan hingga pelosok negeri.

Direktur Utama PTDI, Budi Santoso menjelaskan, diperlukan dana minimal US$ 1 miliar atau setara Rp 13,5 triliun untuk melanjutkan proyek N250.

Selain itu, PTDI perlu melakukan riset pasar ulang mengenai pesawat tersebut, karena N250 yang dikembangkan tahun 1990-an harus disesuaikan dengan kebutuhan pasar dan teknologi penerbangan terkini.

"Sekarang pasarnya minta yang beda, jadi kalau kita mengembangkan N250, kita perlu US$ 1 miliar. Kalau kita mau yang lebih kompetitif, kita perlu US$ 2 miliar,” kata Budi kepada detikFinance, Selasa (3/10/2015).

Agar kemampuan pengembangan pesawat kembali terasah dan melakukan program regenerasi insinyur pesawat pasca penghentian proyek N250 pada tahun 1998, PTDI meluncurkan pengembangan pesawat N219 sejak tahun 2007. Ide pengembangan muncul dari Direktur Teknologi dan Pengembangan PTDI, Andi Alisjahbana. Pada pengembangan N219, PTDI melibatkan para insinyur pesawat berusia tua dan muda. Insinyur pesawat senior, melatih para junior dalam pengembangan N219. Setidaknya, PTDI melibatkan 300-an insinyur pesawat lokal dalam proyek N219.

"N250 terakhir dikembangkan 20 tahun lalu atau tahun 1995. Ahlinya juga mungkin sebagian pensiun dan sudah tua maka perlu ada regenerasi. Terus kita harus mengikuti teknologi baru untuk desain pesawat," sebutnya.

Rencananya, N219 bakal diluncurkan ke publik (roll out) pada November 2015. Setelah itu, PTDI akan melakukan beberapa uji sebagai syarat melakukan first flight pada Mei 2016. Produksi massal baru dilakukan pada Februari 2017, setelah PTDI mengantongi type certificate dan production certificate N219.

Ternyata pengembangan pesawat oleh PTDI tak berhenti disitu. PTDI bersama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), menyiapkan rencana pengembangan pesawat bermesin turboprop lanjutan yang bisa mengangkut 50 orang. Pesawat ini dinamai N245. Program pengembangan N245 akan dimulai tahun 2016.

Program Manager PTDI untuk N219, Budi Sampurno menjelaskan N245 dikembangkan sebagai pendukung operasional N219. Bila N219 dirancang untuk melayani penerbangan ke pelosok atau penerbangan rute perintis, maka N245 dirancang sebagai feeder atau pesawat penghubung ke penerbangan perintis.

"N245 mulai tahap konseptual dan technology readyness. Dari hasil market study, N245 harus masuk pasar tahun 2019 karena betul-betul sudah sangat dibutuhkan sebagai feeder pesawat," kata Budi Sampurno.

0 comments:

Post a Comment